
Apa itu Skizofrenia?
Skizofrenia berasal dari kata schism yang berarti terbelah. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Eugene Bleuler untuk menunjukkan terbelahnya jiwa yang meliputi pikiran, perasaan, dan tingkah laku. Skizofrenia berarti ketidakmampuan untuk membedakan atara fantasi dan realita.
Jenis-jenis skizofrenia dibedakan berdasarkan gejala yang paling menonjol dari skizofrenia yang dialami, yaitu dari segi pemikirannya (skizofrenia paranoid), dari segi afeknya (skizofrenia hebrefenik), atau dari segi psikomotornya (skizofrenia katatonik).
Mengapa dapat terjadi skizofrenia, dan apa faktor risikonya?
Tidak ada teori yang secara pasti menjelaskan penyebab skizofrenia. Teori yang berkembang adalah teori stres, genetic, dan faktor neurobiologis.
1. Teori stres
Interaksi faktor biologis, psikososial dan lingkungan menyebabkan timbulnya stressor. Stressor ini pada individu yang rentan, memicu terjadinya skizofrenia.
2. Teori genetik

3. Teori neurobiologis
Skizofrenia terjadi akibat perbedaan struktur dan fungsi otak yang berbeda dengan orang yang normal. Selain itu, terjadi pula ketidakseimbangan jumlah neurotransmitter (zat kimia pada ujung sel syaraf yang digunakan untuk menghantarkan rangsang).
Dengan angka prevalensi sebanyak 1% populasi dunia dan angka insidens yang 1 per 10.000 orang per tahun, skizofrenia diderita paling banyak pada usia 18-30 tahun. Namun saat ini ditemukan pula skizofrenia pada anak (<8 tahun) dan juga late onset (>45 tahun). Pria sering mengalami awitan yang lebih awal daripada wanita. Semua orang berpeluang mengalami skizofrenia. Namun, ada beberapa faktor yang menjadi faktor risiko, antara lain:
1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan diri, dan/atau impulsivitas
3. Stress lingkungan, baik akibat sosial ekonomi, pendidikan pekerjaan, ataupun akibat interaksi sosial
Bagaimana tanda-tanda skizofrenia?
Untuk melakukan diagnosis skizofrenia, seorang dokter berpedoman pada gejala-gejala psikologik yang dialami oleh seseorang dengan waktu terjadinya gejala yang berlangsung satu bulan atau lebih. Gejala yang patut dicurigai antara lain:
1. Waham/ delusi, yaitu pikiran aneh yang diyakini 100% oleh penderita dan bertentangan dengan nilai normal
2. Adanya halusinasi, yaitu persepsi salah mengenai panca indera tanpa ada rangsangan dari luar, seperti penderita sering merasa ada suara-suara di telinganya, melihat, membau, serta menyentuh sesuatu yang sebenarnya tidak ada
3. Isi pikiran yang aneh, misalnya merasa ada yang mengambil, menyisipkan, mendengung-dengungkan, mengendalikan hingga penderita tak mampu melawan, merasa dicurigai, atau merasa dikejar-kejar.
4. Pembicaraannya kacau, tidak jelas apa yang dimaksudkan, tidak nyambung dengan apa yang ditanyakan, menjawab berputar-putar, atau memiliki jeda (break) pada saat bercerita
5. Menampilkan perilaku yang aneh seperi gaduh gelisah, atau posisi tubuh aneh yang dipertahankan seperti mematung
6. Menampilkan gejala-gejala negatif, seperti bersikap apatis, bicara jarang, melakukan penarikan diri dari kehidupan sosial yang tidak diakibatkan karena obat-obatan yang dikonsumsi
Munculnya beberapa gejala tersebut menandakan Skizofrenia.
Bagaimana menyikapinya?
Seringkali pada fase-fase awal, panderita tidak langsung memiliki gejala di atas. Skizofrenia diawali dengan adanya kemunduran fungsi, seperti malas bekerja atau sekolah, suka melamun dan menyendiri pada waktu luang, menarik diri dari pergaulan, atau malas merawat diri. Pada fase-fase awal ini, keluarga hendaknya segera menyadari dan memberikan perhatian dengan sering berinteraksi serta melibatkan penderita dalam pekerjaan rumah, misalnya.
Apabila gejala sudah berkembang menjadi fase aktif, yang ditandai dengan mengemukakan pikiran aneh, halusinasi, berbicara sendiri, tertawa sendiri, kekhawatiran berlebihan, berbicara tidak nyambung, gaduh gelisah, apalagi sampai membahayakan diri sendiri dan orang lain, segera bawa ke psikiater untuk perawatan lebih lanjut. Perawatan di rumah sakit jiwa tergantung dari hasil analisis dokter terhadap penderita. Penanganan yang dilakukan dapat berupa pengobatan secara farmakologik yakni dengan obat-obatan, maupun terapi kejang listrik (bila terdapat indikasi). Selain itu juga terdapat penanganan secara non farmakologik seperti pemberian motivasi, pelurusan pikiran yang salah, maupun terapi kerja. Terapi ini berguna untuk mengalihkan pikiran penderita, mengisi waktu luang, memupuk rasa percaya diri, serta mempersiapkan penderita bila akan kembali ke rumah.
Prognosis baik bagi kesembuhan penderita adalah apabila terjadi pada late onset, awitan mendadak, pencetus lingkungan yang jelas, tidak ada riwayat gangguan kepribadian, penderita menikah, sistem support yang baik, serta gejala yang ditimbulkan oleh penderita adalah gejala positif, seperti mengamuk dsb.
Apabila keadaan telah membaik dan sudah dibawa pulang, penggunaan obat harus diawasi agar dapat dikonsumsi secara teratur. Hal ini penting ditekankan untuk mengendalikan gejala dan mencegah kekambuhan. Dilibatkannya penderita dalam kegiatan yang disukainya dengan pengawasan juga mampu mendorong kesembuhan penderita. Kesembuhan penderita skizofrenia dapat dinyatakan apabila fungsi global penderita telah kembali seperti sebelum sakit selama 2 bulan dengan atau tanpa konsumsi obat.
Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash, doktor ilmu matematika dan pemenang hadiah Nobel 1994 yang mengilhami film A Beautiful Mind, membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan tetap berprestasi.
Dikutip dari: Berbagai Sumber
Dikutip dari: Berbagai Sumber
Semalem kembali bermimpi melakukan seperti sudah pagi dan melakukan aktivitas rutin (nyalain leptop, mandi, liat sms dll) tapi ternyata mimpi (doh) ada hubungannya dengan ini ndak ya?
ReplyDeletehttp://aninditasaktiaji.blogspot.com/
haha.. enggak dong broo..
ReplyDeleteitu mah cuma mimpi biasa, kan kesadaran kita juga dalam posisi tidur..
kalo ini kan dalam kesadaran penuh tapi kita sulit membedakan antara realitas dan fantasi, yah seperti mendengar suara yang sebenernya gak ada, atau punya pikiran curiga sama orang lain, merasa punya kesaktian yang gak dimiliki orang lain, dsb..
tenang,, jangan khawatir.. :) :)