ABOUT THIS BLOG

Isi dari blog ini adalah segala hal mengenai wanita dan anak-anak. Blog ini ditujukan untuk seluruh wanita dan anak-anak di Indonesia dan untuk siapapun yang ingin memahami indahnya dunia mereka..

Wednesday, November 30, 2011

Vaksin HIV, Solusi Baru Atasi HIV

Dalam rangka memperingati Hari AIDS sedunia yang jatuh tanggal 1 Desember, tahun ini Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengangkat tema : "Getting to zero: zero new HIV infections. Zero discrimination. Zero AIDS related deaths". Dalam laporannya, secara global jumlah infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) per 2010 turun 21% dari jumlah puncaknya. Lembaga ini menyatakan, jumlah tersebut turun karena pengobatan HIV/AIDS meningkat pesat.
 
Salah satu isu yang saat ini ramai diperbincangkan adalah mengenai sudah ditemukannya vaksin HIV. Vaksin ini telah banyak diteliti di berbagai institusi dengan melibatkan banyak sampel penelitian, baik hewan maupun manusia. Vaksin ini dipercaya mampu mencegah penularan HIV.
Berikut ini adalah beberapa mitos yang berkaitan dengan vaksin HIV dan faktanya sebagaimana dikutip dari medicalnewsdaily.com :

Mitos pertama: Vaksin HIV dapat menyebarkan virus HIV.
Faktanya, vaksin HIV tidak mengandung HIV, dengan demikian tidak menyebabkan orang yang menggunakannya menjadi tertular HIV. Para ilmuwan menciptakan vaksin ini semirip mungkin seolah-olah mengandung HIV, namun sebenarnya tidak. Pada 25 tahun terakhir saat penelitiannya di seluruh dunia, lebih dari 30.000 penggunanya tidak tertular HIV.

Mitos kedua: Saat ini telah ada vaksin HIV yang resmi
Faktanya, beum ada vaksin HIV yang terbukti secara resmi, namun penelitian mengenai vaksin HIV ini sudah mendekati tahap pengambangan. Penelitian pada tahun 2009 di Thailand mengatakan bahwa vaksin RV144 yang merupakan vaksin kombinasi dapat mencegah 32% infeksi baru. Para ahli saat ini sedang melakukan penelitian mengenai vaksin HIV yang lebih efektif.


Mitos Ketiga: Saat ini telah ditemukan pil yang dapat mencegah infeksi HIV, sehingga penggunaan vaksin HIV tak lagi dibutuhkan
Faktanya, Pasien dengan HIV negatif yang memiliki risiko tinggi memang dapat mengkonsumsi obat antiretroviral setiap hari untuk menurunkan risiko infeksi. Terapi ini disebut PrEP. Terapi ini telah menunjukkan hasil dapr menurunkan risiko, namun masih belum direkomendasikan untuk penggunaan luas. Terapi ini memiliki harga yang mahal dan tidak semua orang memiliki akses untuk mendapatkannya. Selain itu, penggunaanya yang tiap hari juga menimbulkan masalah tersendiri. Vaksin merupakan pilihan yang ebih efektif dan praktis untuk menurunkan angka penyakit ini. Vaksin tak hanya sebaiknya digunakan bagi orang yang memiliki risiko tinggi, namun juga sebaiknya digunakan bagi orang dengan risko rendah sebagai sebuah pencegahan.

Mitos Keempat: Vaksin tidak dibutuhkan karena HIV dapat dengan mudah disembuhkan dan dikontrol
Faktanya, meskipun terapi untuk AIDS telah banyak diteliti selama 30 tahun terakhir, namun pencegahan tetap merupakan jalan terbaik. Pengobatan membutuhkan biaya yang sangat mahal, belum lagi dengan kemungkinan reistensi terhadap obat. Akses terhadap obat juga belum merata ke seluruh penjuru dunia.

Mitos Kelima: Vaksin HIV tidak aman dan dapat menyebabkan autisme
Faktanya, tidak ada penelitian yang menunjukkan hal demikian. Tidak ada hubungan antara vaksin HIV dengan kejadian autisme. Memang, penggunaan vaksin HIV memiliki beberapa efek samping. Namun, efek samping yang dihasilkan hanya berupa nyeri otot dan demam. Efek ini  akan segera sembuh dalam waktu satu atau dua hari.

Apabila vaksin ini telah benar-benar dikembangkan, tentu hal ini menjadi berita yang menggembirakan bagi eradikasi penyakit AIDS di seluruh penjuru dunia. Namun, yang perlu diingat, hal paling penting dalam pencegahan AIDS adalah menghindari perilaku yang memiliki risiko penularan yang oleh pemerintah Amerika serikat dirumuskan sebagai ABC, yang kemudian saya tambahakan dengan DEF, yaitu
1.   Abstinence, yaitu tidak berhubungan badan dengan orang-orang yang memiliki risiko tinggi dalam penularan HIV
2.    Be Faithful, setia kepada pasangan Anda, jangan bergonta-ganti pasangan
3.    Condom, gunakan kondom dan praktekkan seks yang aman
4.  Drugs, hindari penggunaan obat-obat terlarang dan bergantian jarum suntik, serta pencegahan dengan obat-obatan bila perlu
5.    Environment, terutama bagi petugas kesehatan, biasakan perlindungan diri yang benar saat melakukan pemeriksaan kepada pasien, terutama pasien dengan HIV
6.    Fluid, pastikan cairan yang masuk dalam tubuh Anda seperti transfusi darah

AIDS: Bencilah penyakitnya, jangan benci orangnya.. J

1 comment:

  1. kalau untuk point C (Condom) masih kurang setuju, bu Dokter.. :)
    masih berseberangan dengan norma Agama

    ReplyDelete