ABOUT THIS BLOG

Isi dari blog ini adalah segala hal mengenai wanita dan anak-anak. Blog ini ditujukan untuk seluruh wanita dan anak-anak di Indonesia dan untuk siapapun yang ingin memahami indahnya dunia mereka..

Friday, February 11, 2011

Melejitkan Potensi Anak Autis, Kenapa Tidak?

“Anak saya Autis, Dok? Tidak mungkin..”

Begitulah mungkin kira-kira yang ada di benak setiap orang tua ketika mengetahui bahwa anaknya mengidap autis. Autisme dianggap sebagai vonis kejam, kutukan, bahkan akhir dunia.
Tidak ada orang tua di dunia ini yang menginginkan anaknya mengidap autisme. Namun sebagai orang tua, menyalahkan keadaan yang ada bukanlah suatu tindakan bijak. Bagaimana menyikapi hal tersebut adalah kunci pengembangan potensi anak. Tentu kita ingin anak-anak autis ini dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Itulah yang dapat kita berikan sebagai orang tua bagi anugerah Tuhan yang luar biasa ini.

Mungkin kita pernah mendengar kisah Ibu Sri Murni dan anaknya Faisal (kisahnya tertuang dalam buku “Faisal sayang Mama sampai Tua”). Faisal yang merupakan anak autis tumbuh dan berkembang menjadi anak dengan potensi yang luar biasa. Faisal berhasil memecahkan rekor MURI untuk band autis pertama di Indonesia, sudah mampu menghafalkan 3 juz Al Qur’an, dan sederet prestasi lainnya. Hasil ini bukan tanpa perjuangan yang luar biasa dari Sang Ibu. Bukan tanpa tetesan keringat dan air mata di tengah kondisi ekonomi yang kekurangan. Dan bukan tanpa kemungkinan untuk dapat dicapai oleh anak-anak autis yang lain dengan prestasi yang jauh lebih membanggakan.

Lalu, bagaimana menjadi orang tua bagi anak-anak autis? Bagaimana menjadi manajer bagi pengembangan potensi dan kesuksesan anak-anak ini? Berikut adalah tips dari berbagai sumber untuk melakukannya..












Setidaknya ada 5 komponen yang harus diperhatikan orang tua dalam mendidik anak yang autis. Komponen ini harus disinergikan secara selaras agar menajerial ini berhasil. Komponen itu adalah Doa, Orang Tua, Dokter, Psikolog, dan Sekolah (Lingkungan).

1.  Doa.
Tentu saja ini adalah langkah paling awal. Senantiasa lah percaya bahwa Allah senantiasa menyertai langkah kita dalam mendidik titipanNya ini. Hal ini akan menguatkan kita untuk tidak pernah menyerah, tapi berserah pada Allah Yang Maha Kuasa.

2. Orang Tua dan Keluarga
Kesuksesan anak autis tak pernah lepas dari peran kedua orang tuanya. Orang tua harus mengambil peran besar. Dalam keluarga, jagalah kekompakan antara suami istri serta anak yang lain dalam membantu anak autis. Tidak ada sikap saling menyalahkan yang justru meruntuhkan semangat juang. Seluruh keluarga harus tahu apa yang dibutuhkan oleh anak autis dalam menjalani terapinya. Dalam menjalani terapi dokter, seperti diet atau pola asuh, libatkan kakak atau adiknya juga. Ingat, mendidik anak autis bukan hanya tanggungjawab ibu, tapi tanggungjawab seluruh anggota keluarga. Apabila keluarga memiliki sopir atau pembantu, jelaskanlah pada mereka  juga mengenai keadaan anak kita.
Apabila anak telah dirasa cukup mampu untuk mengembangkan bakat, maka kembangkanlah bakatnya. Kembangkanlah bakat anak kita sesuai dengan apa yang dia senangi. Berikan motivasi dari seluruh anggota keluarga dalam proses ini. Jangan lupa berikan reward berupa hal-hal yang anak sukai.

3. Dokter
Dokter memegang peranan yang penting dalam keberhasilan mendidik anak autis. Dokter harus tahu benar apa yang dibutuhkan oleh anak autis. Penanganan anak autis pun bervariasi secara individual.
Komunikasi yang efektif haruslah dibangun antara orang tua dan dokter. Seringkali kita lah yang harus aktif memberi penjelasan. Mengapa harus memberikan penjelasan kepada dokter? Karena orang tua lah yang paling tahu kondisi anaknya. Seringkali saat anak sakit dan dibawa ke dokter, dokter tidak tahu mengenai keadaan anak, seperti obat apa yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada anak sesuai anjuran laborat. Penjelasan kita menjadi sangat berharga.

4. Psikolog/ Tempat Terapi
Dalam memilih tempat terapi, perhatikanlah dengan cermat program yang dijalankan oleh tempat terapi tersebut, apakah sesuai atau tidak dengan anak autis. Tempat terapi yang ideal adalah tempat terapi yang menyediakan pelayanan secara individual bagi masing-masing anak. Anak tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang berbeda, penanganan pun berbeda. Komunikasi yang baik antara orang tua dan tempat terapi juga perlu untuk dapat memberikan terapi yang sesuai kebutuhan anak.

5. Sekolah atau Lingkungan Luar
Memiliki anak autis bukan berarti aib yang harus disembunyikan. Kenalkanlah anak kita pada lingkungan sekitar lengkap dengan kondisinya. Hal ini bertujuan agar lingkungan dapat memahami perilaku anak.
Untuk sekolah, pilihlah sekolah yang memiliki program yang sesuai dengan kondisi anak. Ceritakanlah kondisi yang dialami, perilaku anak, serta terapi yang telah diberikan. Pantaulah terus perkembangan dan prestasi anak.

Demikianlah sedikit tip tentang melejitkan potensi anak autis. Semoga bermanfaat dalam mengembangkan “biola tak berdawai ini” agar mampu menghasilkan suara nan merdu. (dari berbagai sumber) 

No comments:

Post a Comment